Archive for Oktober 2011
Bahasa Pemprograman 1
Pelajaran yang membutuhkan Logika yang baik, susah bagi yang tidak serius dalam mempelajarinya.
Saya mempelajarinya di Semester 2 dan hasilnya kurang memuaska.
ckckckckckckckc
Langsung saya gaN nie saya ada modulnya
sMoga bermanfaat..
^_^
Download Modul Bahasa Pemprograman 1
Saya mempelajarinya di Semester 2 dan hasilnya kurang memuaska.
Langsung saya gaN nie saya ada modulnya
sMoga bermanfaat..
^_^
Download Modul Bahasa Pemprograman 1
klik disini (download dari google doc)
klik disini (dpwnload dari mediafire)
Baca Juga Artikel terkaitnya klik disini
Tag :
Semester2,
Teknik Informatika,
Layar Terkembang
Ringkasan Cerita Novel,
Buku Klasik Layar Terkembang
Penulis: Sutan Takdir Alisjahbana
Judul : Layar Terkembang
Penerbit : Balai Pustaka
Terbit : 1937 (Cetakan Pertama)
Tebal Buku : 139 Halaman
Judul : Layar Terkembang
Penerbit : Balai Pustaka
Terbit : 1937 (Cetakan Pertama)
Tebal Buku : 139 Halaman
Ringkasan Layar Terkembang
Layar Terkembang adalah sebuah roman klasik karya
Sutan Takdir Alisjahbana. Berisi lika-liku perjuangan
seorang wanita mencapai cita-citanya. Juga menceritakan kisah cinta
yang mengharu-biru. Dikisahkan, Raden Wiriatmadja memiliki dua orang anak
perempuan yang berbeda karakter. Sang kakak bernama Tuti lebih pendiam dalam
pembawaan sehari-hari. Hobinya membaca buku dan aktif dalam kegiatan
organisasi. Sedangkan adiknya lebih lincah dan supel bergaul, Maria.
Suatu hari, Tuti dan Maria berkenalan dengan seorang
mahasiswa Kedokteran bernama Yusuf di Pasar Ikan. Seorang pemuda anak seorang
Demang di Martapura, Sumatera Selatan. Ternyata, pemuda ini
menjadi tambatan hati keduanya. Namun, Marialah dengan segala pesonanya
berhasil merebut hati Yusuf. Keduanya pun makin dekat, Yusuf meminta Maria
menjadi kekasihnya.
Sang kakak, Tuti menyibukkan diri dengan aktif di
organisasi. Ia bahkan menjadi wakil organisasi untuk berpidato tentang kemajuan
perempuan dalam sebuah kongres. Hubungan Yusuf dan Maria diikat
melalui pertunangan. Namun, saat akan menikah, Maria sakit TBC dan harus
dirawat di sanatorium di pedesaan. Disanalah, Tuti menyadari bahwa berjuang tak
hanya dilakukan dalam sebuah organisasi, tapi juga bisa dengan cara tinggal di
desa dan membangun desa itu.
Penyakit Maria semakin parah. Sebelum meninggal, Maria
berpesan agar Tuti mau menikah dengan Yusuf. Novel ini merupakan
sebuah karya sastra yang melekat di hati banyak pembacanya. Buku ini dapat
menginspirasi kaum muda agar berjuang keras mencapai cita-cita mereka. Hingga
2009, novel Layar Terkembang telah dicetak oleh Penerbit Balai
Pustaka sebanyak 35 kali.
Artikel lain klik disini
Sinopsis Novel
Berikut ini adalah Sinopsis Novel Layar Terkembang karya S.
Takdir Alisyahbana
Tuti adalah putri sulung Raden Wiriatmadja. Dia dikenal
sebagai seorang gadis yang pendiam teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan
organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam sangat
berbeda dengan adiknya Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang.
Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang
asyik melihat-lihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan
itu berlanjut dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa
Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggap di
Martapura, Sumatra Selatan.
Perkenalan yang tiba-tiba itu menjadi semakin akrab dengan
diantarnya Tuti dan Maria pulang. Bagi yusuf, perteman itu ternyata berkesan
cukup mendalam. Ia selal teringat kepada kedua gadis itu, dan terutama Maria.
Kepada gadis lincah inilah perhatian Yusuf lebih banyak tertumpah. Menurutnya
wajah Maria yang cerah dan berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum
itu, memancarkan semangat hidup yang dinamis.
Esok harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka-sangka
ia bertemu lagi dengan Tuti dan Maria di depan Hotel Des Indes. Yusuf pun
kemudian dengan senang hati menemani keduanya berjalan-jalan. Cukup hangat
mereka bercakap-cakap mengenai berbagai hal.
Sejak itu, pertemuan antara Yusuf dan Maria berlangsung
lebih kerap. Sementara itu Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu
tampak sudah bukan lagi hubungan persahabatan biasa.
Tuti sendiri terus disibuki oleh berbagai kegiatannya. Dalam
kongres Putri Sedar yang berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang
isinya membicarakan emansipasi wanita. Suatu petunjuk yang memperlihatkan
cita-cita Tuti untuk memajukan kaumnya.
Pada masa liburan, Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di
Martapura. Sesungguhnya ia bermaksud menghabiskan masa liburannya bersama
keindahan tanah leluhurnya, namun ternyata ia tak dapat menghilangkan rasa
rindunya kepada Maria. Dalam keadaan demikian, datang pula kartu pos dari Maria
yang justru membuatnya makin diserbu rindu. Berikutnya, surat Maria datang
lagi. Kali ini mengabarkan perihal perjalannya bersama Rukamah, saudara
sepupunya yang tinggal di Bandung. Setelah membaca surat itu, Yusuf memutuskan
untuk kembali ke Jakarta, kemudian menyusul sang kekasih ke Bandung. Setelah
mendapat restu ibunya, pemuda itu pun segera meninggalkan Martapura.
Kedatangan Yusuf tentu saja disambut hangat oleh Maria dan
Tuti. Kedua sejoli itu pun melepas rindu masing-masing dengan berjalan-jalan di
sekitar air terjun di Dago. Dalam kesempatan itulah, Yusuf menyatakan cintanya
kepada Maria.
Sementara hari-hari Maria penuh dengan kehangatan bersama
Yusuf, Tuti sendiri lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku.
Sesungguhpun demikian pikiran Tuti tidak urung diganggu oleh keinginannya untuk
merasakan kemesraan cinta. Ingat pula ia pada teman sejawatnya, Supomo. Lelaki
itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada Tuti.
Ketika Maria mendadak terkena demam malaria, Tuti menjaganya
dengan sabar. Saat itulah tiba adik Supomo yang ternyata disuruh Supomo untuk
meminta jawaban Tuti perihal keinginandsnya untuk menjalin cinta dengannya.
Sesungguhpun gadis itu sebenarnya sedang merindukan cinta kasih seorang, Supomo
dipandangnya sebagai bukan lelaki idamannya. Maka segera ia menulis surat
penolakannya.
Sementara itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Kemudian
diputuskan untuk merawatnya di rumah sakit. Ternyata menurut keterangan dokter,
Maria mengidap penyakit TBC. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria
dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya Jawa Barat.
Perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih daripada itu, Maria mulai merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. Tampaknya ia sudah pasrah menerima kenyataan.
Perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih daripada itu, Maria mulai merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. Tampaknya ia sudah pasrah menerima kenyataan.
Pada suatu kesempatan, disaat Tuti dan Yusuf berlibur di
rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya, disitulah mata Tuti mulai terbuka dalam
memandang kehidupan di pedesaan. Kehidupan suami istri yang melewati
hari-harinya dengan bercocok tanam itu, ternyata juga mampu membimbing
masyarakat sekitarnya menjadi sadar akan pentingnya pendidikan. Keadaan
tersebut benar-benar telah menggugah alam pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa
kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat tidak hanya dapat dilakukan di kota
atau dalam kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia
lakukan, tetapi juga di desa atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat
dilakukan.
Sejalan dengan keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang
belakangan ini tampak makin akrab, kondisi kesehatan Maria sendiri justru kian
mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun rupanya sudah tak dapat berbuat
lebih banyak lagi. Kemudian setelah Maria sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf
agar keduanya tetap bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga, Maria
mengjhembuskan napasnya yang terakhir. “Alangkah bahagianya saya di akhirat
nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan
seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya
yang penghabisan dan saya, saya tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku
masing-masing mencari peruntungan pada orang lain”. Demikianlah pesan terakhir
almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan tersebut Yusuf dan Tuti akhirnya tidak
dapat berbuat lain, kecuali melangsungkan perkawinan karena cinta keduanya
memang sudah tumbuh bersemi. [berbagai sumber]
Tag :
Bahasa Indonesia,
Azab Dan Sengsara
Ringkasan Cerita Novel,
AZAB DAN SENGSARA
(KISAH KEHIDUPAN SEORANG GADIS)
Pengarang : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka
Umumnya, para pengamat sastra Indonesia menempatkan
novel Azab dan sengsara ini sebagai novel pertama di Indonesia
dalam khazanah kesusastraan Indonesia modern. Penempatan novel ini sebagai
novel pertama lebih banyak didasarkan pada anggapan bahwa kesusastraan
Indonesia modern lahir tidak dari peran berdirinya Balai Pustaka. 1917, yang
cikal bakalnya berdiri tahun 1908. Sungguhpun sebenarnya tidak sedikit novel
yang terbit sebelum Balai Pustaka berdiri, dalam hal pemakaian bahasa Melayu
sekolahan, Azab dan Sengsara yang mengawalinya. Dalam konteks
itulah novel ini menempati kedudukan penting.
Tema Azab dan Sengsara sendiri yang
mempermasalahkan perkawinan dalam hubungan nya dengan harkat dan martabat
keluarga, bukanlah hal yang baru. Novel-novel yang terbit di luar Balai
Pustaka-yang umumnya menggunakan bahasa Melayu rendah atau bahasa Melayu
pasar-juga banyak yang bertema demikian. Novel bahasa Sunda, Baruang ka
Nu Ngora (Racun Bagi Kaum Muda; 1914) karya D.K. Ardiwinata
(1866-1947) yang diterbitkan Balai Pustaka, juga bertema perkawinan dalam
hubungannya dengan harkat dan martabat keluarga. Jadi, secara tematik,
novel Azab dan Sengsara, belumlah secara tajam
mempermasalahkan perkawinan dalam hubungannya dengan adat.
Ini ringkasannya
Aminuddin adalah anak Baginda Diatas, seorang kepala kampong
yang terkenal kedermawanan dan kekayaannya. Masyarakat disekitar Sipirok amat
segan dan hormat kepada keluarga itu. Adapun Mariamin, yang masih punya ikatan
dengan keluarga itu, kini tergolong anak miskin. Ayah Mariamin, Sutan Baringin
almarhum, sebenarnya termasuk keluarga bangsawan kaya. Namun, karena semasa
hidupnya terlalu boros dan serakah, ia akhirnya jatuh miskin dan meninggal
dalam keadaan demikian.
Bagi Aminuddin, kemiskinan keluarga itu tidaklah
menghalanginya unuk tetap bersahabat dengan Mariamin. Keduanya memang sudah
berteman akrab sejak kecil dan terus meningkat hingga dewasa. Tanpa terasa
benih cinta kedua remaja itu pun tumbuh subur. Belakangan, mereka sepakat untuk
hidup bersama, membina rumah tangga. Aminuddin pun berjanji hendak
mempersunting gadis itu jika kelak ia sudah bekerja. Janji pemuda itu akan
segera dilaksanakan jika ia sudah mendapat pekerjaan di Medan. Aminuddin segera
mengirim surat kepada kekasihnya bahwa ia akan segera membawa Mariamin ke
Medan.
Berita itu tentu saja amat menggermbirakan hati Mariamin dan
ibunya yang memang selalu berharap agar kehidupannya segera berubah.
Setidak-tidaknya, ia dapat melihat putrinya hidup bahagia.
Niat Aminuddin itu disampaikan pula kepada kedua orang
tuanya. Ibunya sama sekali tidak berkeberatan. Bagaimanapun, almarhum ayah
Mariamin masih kakak kandungnya sendiri. Maka, jika putranya kelak jadi kawin
dengan Mariamin, perkawinan itu dapatlah dianggap sebagai salah satu usaha
menolong keluarga miskin itu.
Namun, lain halnya pertimbangan Baginda Diatas, Ayah
Aminuddin. Sebagai kepala kampung yang kaya dan disegani, ia ingin agar anaknya
beristrikan orang yang sederajat. Menurutnya, putranya lebih pantas kawin
dengan wanita dari keluarga kaya dan terhormat. Oleh karena itu, jika Aminuddin
kawin dengan Mariamin, perkawinan itu sama halnya dengan merendahkan derajat
dan martabat dirinya. Itulah sebabbya, Baginda Diatas bermaksud menggagalkan
niat putranya.
Untuk tidak menyakiti hati istrinya, Baginda Diatas
mengajaknya pergi ke seorang dukun untuk melihat bagaimana nasib anaknya jika
kawin dengan Mariamin. Sebenarnya, itu hanya tipu daya Baginda Diatas. Oleh
karena sebelumnya, dukun itu sudah mendapat pesan tertentu, yaitu memberi
ramalan yang tidak menguntungkan rencana dan harapan Aminuddin. Mendengar
perkataan si dukun bahwa Aminuddin akan mengalami nasib buruk jika kawin dengan
Mariamin, ibu Aminuddin tidak dapatberbuat apa-apa selain menerima apa yang
menurut suaminya baik bagi kehidupan anaknya.
Kedua orang tua Aminuddin akhirnya meminang seorang gadis
keluarga kaya yang menurut Baginda Diatas sederajat dengan kebangsawanan dan
kekayaannya. Aminuddin yang berada di Medan, sama sekali tidak mengetahui apa
yang telah dilakukan orang tuanya. Dengan penuh harapan, ia tetap menanti
kedatangan ayahnya yang akan membawa Mariamin.
Selepas peminangan itu, ayah Aminuddin mengirim telegram
kepada anaknya bahwa calon istrinya akan segera dibawa ke Medan. Ia juga
meminta agar Aminuddin menjemputnya di stasiun.
Betapa sukacita Aminuddin setelah membaca telegram ayahnya.
Ia pun segera mempersiapkan segala sesuatunya. Ia membayangkan pula
kerinduannya pada Mariamin akan segera terobati.
Namun, apa yang terjadi kemudian hanyalah kekecewaan.
Ternyata, ayahnya bukan membawa pujaan hatinya, melainkan seorang gadis yang
bernama Siregar. Sungguhpun begitu, sebagai seorang anak, ia harus patuh pada
orang tua dan adapt negerinya. Aminuddin tidak dapat berbuat apa-apa selain
menerima gadis yang dibawa ayahnya. Perkawinan pun berlangsung dengan
keterpaksaan yang mendalam pada diri Aminuddin. Berat hati pula ia
mengabarkannya pada Mariamin.
Bagi Mariamin, berita itu tentu saja sangat memukul jiwanya.
Harapannya musnah sudah. Ia pingsan dan jatuh sakit sampai beberapa lama. Tak
terlukiskan kekecewaan hati gadis itu.
Setahun setelah peristiwa itu, atas kehendak ibunya,
Mariamin terpaksa menerima lamaran Kasibun, seorang lelaki yang sebenarnya tidak
diketahui asal-usulnya. Ibunya hanya tahu, bahwa Kasibun seorang kerani yang
bekerja di Medan. Menurut pengakuan lelaki itu, ia belum beristri. Dengan
harapan dapat mengurangi penderitaan ibu-anak itu, ibu Mariamin terpaksa
menjodohkan anaknya dengan Kasibun. Belakangan diketahui bahwa lelaki itu baru
saja menceraikan istrinya hanya karena akan mengawini Mariamin.
Kasibun kemudian membawa Mariamin ke Medan. Namun rupanya,
penderitaan wanita itu belum juga berakhir. Suaminya ternyata mengidap penyakit
berbahaya yang dapat menular bila keduanya melakukan hubungan suami-istri.
Inilah sebabnya, Mariamin selalu menghindar jika suaminya ingin berhubungan
intim dengannya. Akibatnya, pertengkaran demi pertengkaran dalam kehidupan
rumah tangga itu tak dapat dihindarkan. Hal yang dirasakan Mariamin bukan
kebahagiaan, melainkan penderitaan berkepanjangan. Tak segan-segan Kasibun
menyiksanya dengan kejam.
Dalam suasana kehidupan rumah tangga yang demikian itu,
secara kebetulan, Aminuddin dating bertandang. Sebagaimana lazimnya kedatangan
tamu, Mariamin menerimanya dengan senang hati, tanpa prasangka apa pun. Namun,
bagi Kasibun, kedatangan Aminuddin itu makin mengobarkan rasa cemburu dan
amarahnya. Tanpa belas kasihan, ia menyiksa istrinya sejadi-jadinya.
Tak kuasa menerima perlakuan kejam Kasibun, Mariamin
akhirnya mengadu dan melaporkan tindakan suaminya kepada polisi. Polisi
kemudian memutuskan bahwa Kasibun harus membayar denda dan sekaligus memutuskan
hubungan tali perkawinan dengan Mariamin.
Janda Mariamin akhirnya terpaksa kembali ke Sipirok, kampong
halamannya. Tidak lama kemudian, penderitaay yang silih berganti menimpa wanita
itu, sempurna sudah dengan kematiannya. “Azab dan sengsara dunia ini telah
tinggal di atas bumi, berkubur dengan jasad yang kasar itu.” (hlm. 163).
Baca Juga disini
Tag :
Bahasa Indonesia,
Kotak Obat
Ada temen minta buatkan sebuah kotak obat....
Biarpun saya belom perna membuatnya, saya coba untuk membuatkan nya...
Dan ini hasilnya
Biarpun saya belom perna membuatnya, saya coba untuk membuatkan nya...
Dan ini hasilnya